Sabtu, 22 Maret 2014

PEMETAAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN
     Peta situasi atau yang sering disebut dengan peta topografi skala besar pada umumnya dipakai untuk pekerjaan teknik sipil seperti, pembuatan waduk, perencanaan trace jalan, proyek pengaliran, dan sebagainya.
    Dengan demikian data-data dan informasi yang diperoleh harus lengkap yang kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk peta topografi. Praktikum Ilmu Ukur Tanah  ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data dan informasi secara lengkap, kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk peta.
   Adapun tujuan praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah agar mahasiswa mengenal alat-alat yang digunakan serta mengoperasikannya dengan baik dan mengolah data-data serta informasi yang didapat kemudian mampu menentukan letak atau posisi, elevasi areal tanah dimana data-data tersebut diperoleh dan disajikan pada suatu bentuk peta yang menggambarkan keadaan sebenarnya.

1.2 CARA PEMBUATAN PETA SITUASI
Pembuatan peta situasi tidak dapat langsung jadi karena harus diawali dengan pengambilan data melalui pengukuran-pengukuran baik pengukuran horizontal maupun vertikal, sehingga setiap detail pada peta dapat diketahui posisinya terhadap bidang datar.
Pada pengukuran peta situasi ini yang harus dilakukan adalah:
1.       Pengukuran di lapangan termasuk pembuatan titik sebagai kerangka peta.
2.       Pekerjaan perhitungan.
3.       Cara pemberian koreksi pada hasil perhitungan.
4.       Proses penggambaran.

Agar diperoleh hasil yang baik dan akurat, maka masing-masing kegiatan harus dilakukan dengan teliti dan ditunjang dengan sarana yang memadai.
1.2.1 Pengukuran Kerangka Peta
Pada permukaan bumi diukur titik pasti yaitu titik yang diketahui koordinatnya dan tingginya. Kemudian dari titik-titik pasti tersebut dipetakan yang selanjutnya disebut sebagai kerangka peta. Untuk keperluan ini dibutuhkan beberapa titik pasti sebagai dasar pemetaan. Titik pasti dapat ditentukan dengan beberapa cara, antara lain:
a. Cara Astronomi
Penentuan titik pasti dengan cara astronomi pada prinsipnya menentukan posisi tempat di permukaan bumi dengan menggunakan pertolongan bintang di langit. Pengukuran ini untuk wilayah luas dan pandangan tidak bebas. Misal : A adalah titik yang diketahui posisinya di bumi dan disebut titik astronomi, BT adalah bintang yang digunakan sebagai pedoman untuk menentukan kedudukan titik A.
Dari posisi pesawat diarahkan ke BT, sehingga sebagai titik astronomi mempunyai unsur-unsur Azimuth (A), garis lintang (j) dan garis bujur (cx). Oleh karena pengukuran astronomi menggunakan pertolongan bintang, maka pengukuran hanya dapat dilakukan pada malam hari.











Gambar 1.1. Pengukuran Cara Astronomi

b. Cara Triangulasi
Cara triangulasi adalah salah satu cara untuk memperbanyak titik pasti, karena awal dari pembuatan jaring-jaring triangulasi adalah suatu titik yang sudah ditentukan posisinya. Dengan cara triangulasi yang merupakan kumpulan segitiga dapat dibuat titik-titik pasti yang lain.

Gambar 1.2 Pengukuran cara Triangulasi

c. Cara Satelit
Dengan menggunakan pesawat doppler pada tempat yang akan diukur, didirikan pesawat Georeceiver, maka data dapat langsung diketahui dari satelit/pesawat tersebut.

d. Cara Poligon
Pengukuran titik pasti dengan cara poligon akan diuraikan lebih detail pada BAB 2 dan 3. 

1.2.2 Pengukuran Detail
Maksud dari pengukuran detail adalah untuk memberikan data topografi di atas peta sehingga diperoleh bayangan atau informasi dari relief bumi. Kelengkungan dan ketelitian data topografi tersebut sangat tergantung dari kerapatan titik detail yang akan diukur. Untuk mengukur titik detail yang lengkap dan efisien, maka harus dipahami maksud dan kegunaan peta yang akan dibuat.
Sebelum suatu daerah dilakukan pengukuran detail harus sudah ada titik ikat. Biasanya hal-hal yang perlu diukur secara detail adalah segala benda atau bangunan yang terdapat di areal yang dipetakan akan menambah kelengkapan data peta. Misalnya perbedaan tinggi muka tanah yang cukup ekstrim sehingga nantinya dapat membantu dalam pembuatan kontur.

1.3 PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN
1.3.1    Perhitungan
Didalam perhitungan, kita menggunakan alat-alat sebagai berikut:
a. T0
   Digunakan untuk menembak titik-titik azimuth pada sudut-sudut istimewa dan titik kritis. Tujuannya untuk menggambar kondisi kontur di lokasi tersebut. Pada saat menembak suatu titik, kita membaca benang tengah (BT), benang atas (BA), dan benang bawah (BB) dengan 2BT = BA + BB.
b. Digital Theodolit (DT)
   Dengan alat ini kita menghitung sudut dalam (b) suatu poligon serta jarak dari suatu patok ke patok lain.
c. Waterpass
   Waterpass digunakan untuk mengukur jarak dan beda tinggi antara patok dengan cara menempatkan pesawat waterpass di tengah-tengah antar dua patok kemudian menembak ke arah muka dan belakang. Pembacaan alat yaitu berupa benang atas (BA), benang tengah (BT), dan benang bawah (BB). Untuk pengukuran melintang, waterpass terbatas pada azimuth untuk b/2 dan azimuth (b/2 + 180o) yang diukur adalah jarak terhadap alat dan ketinggian di atas tanah.

1.3.2    Penggambaran
Dalam penggambaran yang harus kita lakukan antara lain:
a.       Menggambar grid pada kertas kalkir.
b.      Menentukan letak patok atau koordinat poligon pada grid.
c.       Menghitung poligon.
d.      Menentukan koordinat titik detail pojok bangunan.
e.       Membuat garis kontur dengan data hasil perhitungan memancar.
f.       Mencocokan hasil gambar dengan data-data hasil perhitungan pengukuran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar